Oleh : Toni Prasetyo Utomo
Swasembada Daging |
Sapi gila ialah penyakit
mematikan akibat virus yang menyerang orak dan sumsum tulang belakang sapi.
Penyakit ini bisa mengakibatkan kematian bagi manusia jika mengonsumsi daging
sapi yang terpapar virus ini. Kasis ini pernah menghebohkan dunia pada 2003,
2005, dan 2006 yang mengakibatkan anjloknya pasar daging negara Paman Sam.
Sehingga peternakan AS pun mengalami kerugian tahunan sebesar US$ 3,1 miliar
pada tahun 2004 hingga 2007 karena tak kurang 24 negara menghentikan impor
daging.
Produk hasil ternak dari
AS yang dihentikan oleh pemerintah diantaranya adalam MDM (meal bone meal), jeroan, dan daging dengan tulang terhitung mulai
24 April 2012. Hal tersebut dilakukan sampai ada penjelasan penanganan dan
pengendalian dari otoritas AS.
Sudah saatnya kita
meningkatkan produksi daging dalam negeri dengan inovasi-inovasi seperti yang
diterapkan dalam negara-negara penghasil daging, seperti AS dan Australia.
Masih besarnya kebutuhan daging dalam negeri seharusnya diimbangi dengan hasil
peternakan yang mencukupi ditanah air. Tetapi, memang masih banyak masalah yang
harus kita selesaikan. Target pemerintah untuk mencapai swasembada daging pada
2014 benar-benar harus diusahakan bukan hanya wacana semata.
Beberapa masalah yang
sering dihadapi dalam pengembangan swasembada daging ini seperti permasalahan kecukupan
pasokan daging yang dihasilkan, permasalahan distribusi dari pusat produksi ke
konsumen di pasar, dan permodalan untuk para pengusaha peternakan.
Kebijakan swasembada
daging ini memang akan menjadi dua kutub yang saling bertentangan. Di satu sisi
pemerintah dengan semangat akan menggenjot produksi jumlah daging dalam negeri
dengan membatasi impor, sementara disisi lain para pengusaha pengimpor daging
merasa usahanya semakin terancam.
Lihat saja kebijakan
Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan pada tahun ini yang memangkas kuota
impor sapi bakalan sekitar 283.000 ekor dan daging sapi 34.000 ton. Bandingkan
dengan kuota impor pada tahun 2011, yakni sekitar 600.000 ekor sapi bakalan dan
90.000 ton daging sapi. Akibatnya dengan jumlah kecukupan daging nasional yang
cenderung kurang ini akan menyebabkan melonjaknya harga daging dipasaran.
Saat ini harga daging
dipasaran sekitar Rp 65.000 naik menjadi Rp 70.000 per kilogram. Selain karena
kurangnya jumlah daging dipasaran, kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh
wacana kenaikan harga Bahan Bakar Bersubsidi (BBM) pada 1 April lalu.
Merayu
Investasi Sapi
Sudah seharusnya kita
menggandeng pihak luar untuk berinvestasi di Indonesia dalam bidang peternakan
sapi ini. Kita bisa merayu negara seperti Australia yang memiliki sektor
peternakan yang sangat maju. Sebagai gambaran, nilai ekspor daging sapi Negeri
Kanguru tersebut sepanjang 2011 mencapai US$ 4,44 miliar. Australia kini
menjadi penghasil daging sapi terbesar di dunia setelah menguasai pasae Korea
dan Jepang yang sebelumnya diisi oleh Brazil.
Apalagi peluang pasar
peternakan di Indonesia juga besar. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tahun ini
diperkirakan mencapai 6,5%. Hal itu akan ikut mendorong konsumsi daging di
Indonesia saat ini sebesar 20 kilogram per orang per tahun akan terus meningkat
kedepannya. Selain itu, Total perdangangan kedua negara pada 2011 mencapai US$
10,8 miliar atau meningkat sebesar 28,96% dibandingkan tahun 2010, yakni
sebesar US$ 8,3 miliar.
Dalam pertemuan antara Menko
Perekonomian Hatta Rajasa dengan Menteri Perdagangan dan Daya Saing Australia
Craig Emerson dan Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Australia pada
bulan lalu mengisyaratkan bahwa pemerintah Australia akan menggelontorkan dana
US$ 20 juta atau sebesar Rp. 180 miliar untuk pengembangan kualitas peternakan
di Indonesia.
Adanya perhatian khusus
dari Australia ini harus disikapi arif oleh pemerintah dengan menyiapkan
kebijakan dalam pelaksanaanya nanti. Kebijakannya harus jelas, sehingga
peternak lokal juga mendapat manfaat dari kerjasama antara kedua negara ini.
Sementara itu, ada pula
hal yang perlu mendapat perhatian dari kita. Beberapa waktu lalu Menteri Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan juga menyampaikan gagasan kreatifnya
untuk mensukseskan swasembada daging pada 2014. Cara itu adalah dengan
mengkombinasikan peternakan sapi dengan kelapa sawit.
Selama ini, begitu banyak
pelepah kelapa sawit yang terbuang begitu saja. Ini disebabkan karena kelapa
sawit tidak bisa dipanen kalau pelepah yang melindungi tandannya tidak dibuang.
Pelepah kelapa sawit itulah yang akan dimanfaatkan untuk makanan ternak.
Pelepah itu dimasukan dalam mesin untuk dihancurkan sampai lembut, selembut
cacahan rumput. Lalu, dicamput bungkil dari pabrik pengolahan sawit. Ditambah
lagi dengan blotong yang diambil dari buangan pabrik tersebut.
Sehingga kebutuhan makanan
ternak yang mencukupi dengan harga yang murah bisa mudah didapatkan dengan
kombinasi peternakan sapi dan kelapa sawit tadi. Sebetulnya masih banyak
ide-ide kreatif lain yang dimiliki ahli-ahli kita di perguruan tinggi.
Penelitian-penelitian tentang pengembangan peternakan ini juga harus terus
dilakukan. Sehingga produktivitas pun bisa ditingkatkan kedepannya. Semoga.
DAFTAR
PUSTAKA :
Koran Jawa Pos, Edisi Senin 13 Februari 2012.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan