Oleh : Toni
Prasetyo Utomo
Gambar : Berita8.com |
Awal bulan ini Badan Pusat
Statistik (BPS) mempublikasikan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
melambat pada triwulan pertama tahun ini. Pertumbuhan Ekonomi tercatat 6,3
persen atan lebih lambat dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar
6,5 persen.
Perlambatan pertumbuhan
ekonomi ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni adanya penurunan ekspor,
dan tingginya ekspektasi inflasi. Lesunya ekspor ini karena permintaan global
yang melemah. Pertumbuhan ekspor pada triwulan pertama tahun ini hanya 7,8
persen atau lebih rendah daripada tahun lalu yang masih bisa menyentuh level
12,3 persen. Menurunnya ekspor ini mertpakan dampak dari adanya krisis ekonomi
Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang belum sembuh sepenuhnya.
Selain itu ekspektasi
inflasi juga turut mempengaruhi perlambatan ekonomi. Masyarakat harus membayar
mahal akibat ketidakpastian kebijakan pemerintah atas penghematan bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi. BPS mencatat inflasi pada bulan April 2012 sebesar
0,21 persen. Adapun inflasi sepanjang Januari-April 2012 sebesar 0,21 persen,
sehingga inflasi tahunan (yoy) mencapai 4,5 persen.
Seperti yang diketahui,
pemerintah memang tidak terlihat tegas dalam pengambilan keputusan terkait
dengan kebijakan dalam bidang energi. Sebelumnya pemerintah berencana menaikan
harga jual BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter, tetapi gagal karena DPR
memberikan syarat khusus agar pemerintah bisa menaikan harga BBM.
Setelah itu, pemerintah
juga mewacanakan pembatasan BBM bersubsidi. Pemerintah bakal membatasi mobil
plat merah dan mobil pribadi dengan kapasitas silinder mesin tertentu tidak
boleh lagi mengkonsumsi premium alias harus ganti pertamax. Rencana ini pun
juga masih mengambang belum ada kepastian lagi dari pemerintah.
Akibat dari ketidakpastian
inilah yang pada akhirnya mendorong para pelaku pasar mencuri start untuk
menaikan harga jual mereka. Walaupun kenaikan harga jual ini tidaklah besar,
tetapi dalam jangka panjang harga akhirnya akan terus bergerak naik. Sehingga
tak dapat ditolak kalau inflasi juga ikut merangkak naik.
Untuk mengatasi ekspektasi
inflasi yang tinggi ini. Bank Indonesia akan menaikan suku bunga instrumen
operasi moneter dan melanjutkan upaya penyerapan kelebihan likuiditas Rupiah
untuk mengendalikan tekanan inflasi jangka pendek serta mendukung stabilisasi
rupiah.
Namun kinerja pertumbuhan
ekonomi tetap kuat ditopang oleh konsumsi dan investasi. Konsumsi rumah tangga
tumbuh 4,9 persen atau lebih tinggi daripada tahun lalu 4,5 persen. Konsumsi
pemerintah tumbuh 5,9 persen, lebih tinggi daripada periode yang sama tahun
lalu 3,0 persen. Lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh
9,9, lebih bagus daripada tahun lalu 7,3 persen.
Pada sisi sektoral,
pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh tiga sektor utama, yaitu sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Kedepan, kuatnya permintaan domestik diprakirakan
akan tetap mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Konsumsi
swasta diprakirakan akan tumbuh tinggi, didukung oleh meningkatnya penduduk
berpenghasilan menengah dan relatif besarnya penghasilan yang dapat
dibelanjakan (disposable
income). Pertumbuhan investasi diprakirakan juga akan tinggi
seiring dengan kebutuhan penambahan kapasitas produksi nasional untuk memenuhi
meningkatnya permintaan. Secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi
dapat mencapai kisaran 6,3-6,7%.
Untuk
menghadapi situasi global yang tidak pasti, diperlukan upaya serius untuk
mendongkrak angka pertumbuhan agar kinerja ekspor nasional tidak akan sampai
menggerus angka pertumbuhuan ekonomi Indonesia kedepan. Maka selain konsumsi
domestik, dibutuhkan investasi untuk memberikan kompensasi terhadap kinerja
ekspor yang menurun.
Mentri
Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan bahwa investasi bisa menyumbang
pertumbuhan menjadi 10 persen. Dengan adanya investasi, maka secara umum
ekonomi Indonesia akan terus menguat. Bahkan akan terjadi pergeseran pendorong
utama perekonomian Indonesia. Kalau sebelumnya ditopang oleh konsumsi, nantinya
akan disokong oleh investasi. Sehingga perlu kebijakan-kebijakan yang mendukung
perbaikan iklim investasi di Indonesia.
3 cara agar pertumbuhan ekonomi pesat
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut 3 hal yang perlu mendapat perhatin agar
pertumbuhan ekonomi dapat melaju pesat. Pertama,
Kepastian hukum. Selama ini kepastian hukum investasi di Indonesia yang membuat
lemahnya kepercayaan bisnis di negara ini. Maraknya kasus korupsi oleh banyak
pejabat membuat para investor ragu untuk menggelontorkan dananya di Indonesia
baik dalam investasi riil maupun portofolio.
Kedua, bisnis yang lebih baik. Kemudahan dalam bisnis selama ini masih
dipersulit oleh perizinan disana-sini, sehingga memerlukan waktu yang cukup
panjang hanya untuk perizinan untuk berbisnis. Belum lagi adanya
pungutan-pungutan liar yang harus dikeluarkan, yang membuat biaya semakin
besar.
Ketiga, infrastruktur yang lebih maju baik infrastruktur keras maupun
lunak atau kualitas SDM. Menurutnya, infrastruktur keras mencakup infrastruktur
teknis seperti jalan raya, pelabuhan, dan listrik, sedangkan infrastruktur
lunak mencakup infrastruktur sains, kesehatan dan lingkungan hidup,
serta pendidikan, termasuk di dalamnya lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya
inovasi. Kemajuan implementasi kebijakan di sisi struktural ini akan menjadi
faktor kunci terhadap proses menurunnya inflasi karena akan memperbesar
kapasitas perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Koran Jawa Pos, Edisi
Selasa 8 Mei 2012.
Koran Kontan, Edisi Rabu
2 Mei 2012.
Koran Media Indonesia,
Edisi Rabu 9 Mei 2012.
Badan Pusat Statistik
(BPS). “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2012”. No. 31/05/Th. XV, 7 Mei 2012.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan