Jumaat, 25 Mei 2012

Genjot Produksi Jagung Untuk di Ekspor


Oleh : Toni Prasetyo Utomo


Gambar : korangorontalo.com
Jagung merupakan tanaman yang sangat familiar di sebagian besar masyarakat Indonesia. Jagung yang mempunyai nama keren Zee Mays L ini merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga memanfaatkan jagung sebagai alternatif sumber pangan, misalnya daerah Madura dan Nusa Tenggara. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung.

Indonesia merupakan salah satu diantara sepuluh besar negara penghasil jagung dunia dengan produksi sebesar 13 juta ton(2010) per tahun. Saat ini pasar jagung dunia dikuasai oleh dua negara yang perekonomiannya sangat kuat, yakni Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Dua negara ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya dan kemudian mengekspor sisa dari produksinya yang cukup tinggi. Negeri paman sam mengolah 79,3 juta hektar lahan untuk tanaman jagung. Sedangkan Tiongkok menanam jagung dengan luas lahan kurang lebih 74,3 juta hektar.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sekitar 60 persen dari total 786 juta ton produksi jagung dunia dihasilkan oleh AS dan Tiongkok. Rata-rata ekspor pertahun AS mencapai 52 juta ton per tahun. Sementara itu Tiongkok mampu meningkatkan volume ekspornya mencapai 15,2 juta ton. Kedua negara ini mampu memafaatkan produksi jagung untuk perkembangan perekonomiannya. AS dan Tiongkok memanfaatkan paling tidak 6 juta ton produksi jagung mereka untuk keperluan industri pakan ternak. Sebagian besar sisanya untuk pengembangan bahan bakar nabati etanol. Tahun lalu, AS dan Tiongkok merupakan negara yang masuk dalam lima besar negara produsen terbesar etanol dunia.

Kondisi seperti diatas sangat berbanding terbalik dengan Indonesia. Meskipun produksi jagung dalam negeri mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir dan ada sedikit ekspor, tetapi kita masih melakukan impor jagung dalam waktu yang bersamaan. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara tahun 2005 dan 2001 Indonesia mengimpor sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pakan ternak.

Ada beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian lebih dari kita. Pertama, komoditas jagung belum menjadi komoditas utama untuk dikembangkan. Sistem pola tanam jagung bergantian dengan tanaman padi. Petani akan menanam jagung apabila mereka memiliki waktu, biaya, dan tenaga yang lebih setelah mereka menanam padi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa separuh dari total areal produksi jagung 3,87 juta hektar di Pulau Jawa menggunakan pola sistem tanam bergantian ini.

Pada Tahun 2009, Jawa Timur merupakan produsen jagung terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 5,1 juta ton dengan luas lahan 1,2 juta hektar. Di ikuti oleh Jawa Tengah dengan produksi mencapai 2,1 juta ton dengan luas lahan 648 ribu hektar. Point penting yang perlu dicermati adalah produktivitas tanaman. Dengan lahan yang semakin berkurang maka produksi jagung kedepan akan sedikit mengalami ganjalan.

Kedua, manajemen stok jagung yang belum tertata. Kemampuan petani dalam pengadaan sarana produksi juga disertai penerapan teknologi budi daya yang masih rendah. Demikian pula dengan penanganan pasca panen. Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya butir rusak. Ketika menyimpan jagung pipil untuk waktu lama, akan terjadi kehilangan sekitar 9,6 - 20,2 persen karena serangan tikus dan jamur. Jagung pipil berkadar air 9,6 persen yang disimpan dalam karung goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan dengan kerusakan 10,34 persen dan bila disimpan selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai 34,01 persen.

Ketiga, tidak akuratnya data yang dikeluarkan oleh BPS dengan apa yang terjadi di lapangan. Pemberitaan mengenai para pengusaha yang tidak percaya pada data pangan BPS menyurut perhatian publik. Menurut BPS, produksi jagung dalam bentuk pipilan kering tahun 2011 diperkirakan sebesar 17,2 juta ton (ARAM III). Smentara itu, pada saat yang sama, para pelaku industri ternyata harus mengimpor 3,5 juta ton jagung dari luar negeri karena sulitnya memperoleh jagung produksi dalam negeri. Padahal, kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak hanya 6 juta ton.

Lemahnya pengelolaan hingga pasca panen inilah yang berujung pada lemahnya pengembangan komoditas jagung nasional. Untuk itu pemerintah harus terus meningkatkan perannya agar produksi jagung kedepan bisa lebih maksimal. Para stake holder pertanian di daerah harus membimbing para petani sehingga mampu memproduksi jagung dengan kualitas yang diinginkan pasar.

Pabrik pakan ternak membutuhkan 6-10 juta ton jagung pipilan kering, sementara produksi jagung mencapai 17 juta ton. Kalau saja angka BPS tersebut benar, maka impor jagunng sesungguhnya tidak perlu lagi dilakukan. Masalahnya adalah bagaimana mempertemukan pihak pengusaha pakan dengan para petani melalui perjanjian yang jelas dan mengikat kedia belah pihak.

Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi seharihari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung.

Bagi sebagian besar peternak di Indonesia, jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shol’gum, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh. Selain itu gaung juga digunakan untuk bahan baku Industri. Di pasaran, banyak beredar produk olahan jagung. Bahkan di AS sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati etanol. Produk olahan jagung tersebut umumnya berasal dari industri skala rumah tangga hingga industri besar.

Oleh karea itu, sudah sepatutnya pertanian jagung ini lebih dikembangkan lagi sebagai salah satu komoditi ekspor Indonesia kenegara lain apabila kebutuhan nasional sudah terpenuhi. Perbaikan dibeberapa masalah tadi harus dilakukan bukan hanya oleh pemerintah saja melainkan juga para petani dan  pengusaha pakan ternak yang terjun langsung dalam kegiatan ini.








DAFTAR PUSTAKA

Koran Kompas, Edisi Jumat 25 Mei 2012.
Garutkab.go.id

Tiada ulasan:

Catat Ulasan