Rabu, 21 Mei 2014

Sujiwo Tejo - Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy

Judul Buku :



Penulis :
Sujiwo Tejo

Penerbit :
Yayasan Kertagama, Jakarta

Cetakan :
I, Desember 2013

Tebal Buku :
206 Halaman; 14x21 cm


Sujiwo Tejo menulis lagi buku yang baru, kali ini judulnya Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy. Kalau dibaca runtut, buku ini nampak seperti biografi dari tokoh utama yang ada dalam buku ini yaitu Sri Teddy RusdyLantas kenapa kog dipanggil Kang Mbok? kata mbah Tejo ini merupakan sapaan keakraban dia kepadanya. "Tapi biar saja saya tetap memanggilnya Kang Mbok, sebuah panggilan yang mungkin kurang priyayi" begitu katanya. heuehuehu

Dalam buku ini, Sujiwo Tejo banyak menyerap informasi dan mencatat pemikiran-pemikiran dan mengumpulkan ide Kang Mbok. Persis seperti yang dikatakan Kang Mbok sendiri "Dalam konteks ini Tejo berusaha mencermati, menggali dan menemukan saya". Mbah Tejo sering menceritakan nukilan pemikiran Kang Mbok di dunia maya kepada Rakyat Jancukers, salah satunya "Menghina Tuhan sangat gampang. Begitu kamu khawatir besok kamu dan keluarga tak bisa makan, pada saat itu kamu sudah menhina Tuhan ... "

Bagi saya, membaca buku yang ini asik, lucu tapi sarat makna, Mbah Tejo seakan bercerita ringan saja mengalir dari halaman ke halaman berikutnya sampai usai. Banyak pelajaran-pelajaran penting yang bisa di ambil dari kehidupan Kang Mbok ini. Seperti satunya kata dan perbuatan Kang Mbok tentang sembah rasa yang di tweet di twitternya @sudjiwotedjo  :
Kamulyaning urip kuwi dumunung ono ing tentreming ati...
Kebahagian hidup berpangkal dari hari yang tenteram...

Kehidupan Kang Mbok juga unik, dia sangat menyukai tembang-tembang jawa terutama tembang Macapat. Dia juga terkesan dengan pikiran dan renungan Jalaluddin Rumi yang dituangkan dalam puisi-puisinya. 
Tangga menuju langit adalah kepalamu
Maka letakanlah kepalamu di bawah telapak kakimu...
Dan ternyata juga ngefans dengan Queen, Mick Jagger dan Rod Steward. Bahkan Kang Mbok tak doyan makan beberapa hari dan mendekam di kamar saking sedih ketika vokalisnya yaitu Freddie Mercury meninggal dunia pada 24 November 1991.

Jangan tanya dia suka Wayang apa ndan,, hehe Kang Mbok sangat cinta dengan kesenian Jawa yang satu ini. Dia kuliah mengambil disertasi juga tentang Wayang. Salah satu tokoh yang disukainya adalah Rahwana, Wayang Raja Alengka, putra Resi Wisrawa - Dewi Sukesi. Tahun lalu Kang Mbok menulis buku Rahwana Putih, yang mengupas sisi 'putih' dari Rahwana.

--pause dulu,, lanjut baca--hehe :)

Berikut ini deskripsi singkat dari buku Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy
Sebetulnya seperti apakah hubungan saya dengan Kang Mbok kok bisa-bisanya menulis tentang tokoh ini?

Mestinya pertanyaan itu sudah muncul sejak awal, namun anehnya baru menyeruak setelah saya tulis bab demi bab tentang Kang Mbok. “Kamu kok lancang berani-beraninya nulis tentang Sri Teddy Rusdy, menulis bab-bab yang belum tentu bisa persis menggambarkan keseluruhan perempuan itu, emangnya kamu siapa?” kira-kira begitu pertanyaan tahu diri saya.

Saya baru bisa menjawabnya beberapa hari kemudian. Begini, hubungan saya dengan Kang Mbok adalah bahwa saya selalu “hadir” baginya. Dan sebaliknya “hadir” tidak berarti harus berupa kedatangan ragawi. “Hadir” di sini saya pinjam dari filsuf Prancis, Gabriel Marcel. Maknanya “ada bersama walau tak mesti di dalam ruang maupun waktu yang sama”.

Kang Mbok bisa “manjing, makahanan”. Bisa hadir di segala ruang dan waktu bersama banyak pihak. Selain kesan kebersahajaan, Kang Mbok bisa “manjing, makahanan” karena kepedulian. Kepedulian adalah hal paling penting yang perlu dilakukan pada orang paling penting pada saat paling penting. Orang paling penting adalah orang yang sedang hadir bersama kita.

Kang Mbok adalah orang penting dalam kehadiran saya. Kang Mbok adalah pengertian saya tentang seluruh perpaduan tradisi dan kekinian. Inilah perempuan yang akan sampeyan jumpai pada bab-bab buku ini.

Selamat membaca !









Tiada ulasan:

Catat Ulasan